Unspoken Word

poster

inspired by Love, Rosie

Unspoken Love | Script by : Ryne | Staring : Bae Suzy, Kim Myungsoo | Suppotring : Han Saena, Kim Moonsoo | Genre :  Love, Sad | Rating : 18+ (NO NC)

Backsound :   Back to December – Taylor Swift

Suzy memotong apple crumble yang dipesannya sejak satu jam yang lalu. Mata gadis itu masih terpaku menatap layap laptop dihadapannya. Dengan teliti ia membaca ulang kalimat-kalimat yang ditulisnya. Suzy adalah seorang penulis novel. Novel-novel yang dibuatnya selalu menjadi best seller. Saat ini ia sedang menyelesaikan novel ke delapannya yang berlatar belakang kota Paris. a pikir akan lebih lancar untuk menulis novelnya kali ini kalau ia benar-benar berada kota –yang katanya- penuh cinta itu. Maka disinilah ia sekarang, duduk disalah satu sudut café yang terletak dekat menara yang menjadi impian banyak wanita untuk dilamar tepat dihadapan menara itu maupun di sebuah resto yang terletak di menara itu. Menara Eiffel.

Setelah merasa cukup puas, ia menutup jendela word-nya dan beralih membuka icon surat yang sudah berkedip-kedip saat ia masih menulis bagian tengah cerita. Ada banyak e-mail yang masuk hari ini, salah satunya dari sahabatnya sekaligus teman satu flatnya sejak duduk dibangku sekolah menengah, Han Saena. Suzy meraih cangkir putih yang berisi coklat panas –yang sudah tidak lagi panas- miliknya. Ia hampir tersedak saat membaca bagian akhir dari e-mail Saena. Ia membaca berulang-ulang kalimat itu. Setelah yakin bahwa ia tidak salah membaca, Suzy menelan ludahnya.

“Hei, kau tahu? Aku baru mendapatkan kabar kalau dia sekarang menetap di Paris…”

Satu kalimat yang sukses membuat kupu-kupu diperut Suzy bangun kembali setelah sekian lama tertidur –lebih tepatnya dipaksa tidur-. Mungkinkah ia bertemu kembali dengan…err…bisa dibilang cinta pertamanya –yang tak terungkap-. Suzy menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak. Tidak mungkin. Kota ini begitu luas, tidak mungkin dengan mudahnya ia bertemu dengan pria itu.

Suzy menyempatkan untuk menginap di salah satu kota pelabuhan di bagian barat daya Perancis, yang terkenal dengan wine-nya, Bordeaux. Beruntung bagi Suzy karna datang di bulan Juni tepat saat festival wine yang diadakan setiap dua tahun sekali. Suzy mencoba berbagai macam wine selama festival itu berlangsung. Kota ini memang terkenal sebagai kota penghasil wine sepanjang masa. Rata-rata penduduknya berprofesi sebagai pembuat wine. Banyak kebun-kebun anggur yang tersebar di seluruh penjuru Bordeaux.

Ingin rasanya Suzy membeli barrel –tong yang terbuat dari kayu oak yang biasa dijadikan sebagai tempat penyimpanan (fermentasi) anggur-. Namun, ia memikirkan bagaimana cara membawanya ke Korea. Sangat tidak mungkin untuk membawa serta dalam pesawat, dan tidak mungkin juga dikirim melalui jasa pengiriman internasional. Akhirnya Suzy membeli miniatur barrel dan beberapa botol anggur.

Hari terakhir festival ditutup dengan pertunjukan musik oleh para musisi lokal di sepanjang sungai. Para warga memakai pakaian tradisional Perancis sembari berjoget mengikuti alunan lagu yang dimainkan. Suzy mengetuk-ngetukan kakinya sambil sesekali menyesap segelas wine, saat salah seorang pria mengajaknya ikut serta dalam tariannya. Ia hanya menggelengkan kepalanya saat pria itu mengajaknya bergabung, namun pria itu –yang menurutnya cukup tampan- memaksanya. Akhirnya Suzy ikut bergabung bersama para warga yang asik menari.

Seorang pria sedang asik memilih foto-foto yang akan di masukan kedalam pameran fotografi akhir bulan, saat ia tidak sengaja melihat seseorang yang sangat ia kenal tertangkap bidikan kameranya. Ia membesarkan fotonya pada titik tersebut.

‘Ia ada di Paris.’ Gumamnya.

“Suzy?” sebuah suara mengagetkan Myungsoo. “Itu Bae Suzy, kan?” tanyanya lagi. Myungsoo hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Monsoo.

“Apa kau berniat mencarinya?” pertanyaan adiknya kali ini sukses membungkam mulutnya. Matanya tampak tidak fokus lagi pada foto yang terpampang dilayar komputernya. Myungsoo menghela nafas sembari menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi.

“Kurasa tidak.” Ucapnya sembari tersenyum separuh.

Myungsoo menatap Arc de Triomphe dari atap flat-nya. Ibu jarinya menelusuri bibir cangkir yang digenggamnya. Gadis itu ada disini. Di kota yang sama dengannya. Haruskah ia bertemu dengannya? Bukankah itu sama saja membuka kembali kotak yang sudah ia tutup rapat-rapat?

Ia menegakkan tubuhnya dan menyesap cappuccino-nya yang masih mengeluarkan asap putih. Tidak. Ia tidak perlu bertemu dengan gadis itu. Tapi kalau ia tidak bertemu dengan gadis itu, ia tidak bisa memastikan sesuatu yang sejak dulu membuatnya tidak bisa tidur nyenyak.

Tiga hari sebelum kepulangannya ke Korea, Suzy mendatangi pameran foto yang diadakan tidak jauh dari penginapannya. Satu hari setelah ia kembali dari Bordeaux, resepsionis hotel mengakatan kalau akan ada pameran foto yang diadakan setiap akhir bulan, dan ia menawarkan diri untuk memesankan tiket kalau Suzy ingin datang kepameran tersebut. Tanpa berpikir panjang Suzy mengangguk. Dan disinilah Suzy sekarang, menatap foto jalan setapak yang dikedua sisinya dihiasi oleh pohon cherry blossom yang sedang bermekaran. Di bawah foto tersebut terdapat tulisan.

“L’amore de la rue – KMSL”

Suzy beralih ke foto selanjutnya, dimana terdapat satu apple crumble utuh dengan sebuah tangan yang memegang garpu yang sudah menancap dibagian atas pastry tersebut, seolah siap untuk menghancurkannya. Ia jadi teringat dengan apple crumble yang ia makan di salah satu café disekitar menara Eiffel, yang menurutnya sangat lezat. Ditambah lagi dengan secangkir coklat panas. Ia harus kembali ke café itu sebelum kembali ke Korea. Matanya beralih ke tulisan yang terdapat di bagian bawah foto. Lalu terkekeh saat membaca tulisan itu.

“Kau merindukan Apple Crumble-mu? – KMSL”

Sok tahu sekali siapapun yang mengambil foto ini. Belum tentu semua orang menyukai apple crumble kan? Suzy menggeleng-gelengkan kepalanya sembari beralih kefoto disamping foto tersebut. Suzy terkejut saat mendapati dirinya yang berada didalam foto tersebut dengan latar menara Eiffel dikala senja. Didalam foto itu ia sedang duduk disalah satu kursi taman yang tersedia, disampingnya terdpat pasangan paruh baya yang juga menempati kursi yang sama dengannya. Dan banyak orang yang berlalu-lalang disekitar mereka. Matanya membaca tulisan dibagian bawah foto, yang kali ini benar-benar membuatnya tercengang.

“Apa kau melihat keindahan yang sama dengan yang kulihat? – KMSL”

Mungkin banyak orang mengira kalimat tersebut ditujukan untuk pasangan paruh baya yang duduk disampingnya. Namun, entah kenapa ia merasa kalau kalimat itu ditujukan untuknya. Ia menolehkan kepalanya kekanan dan kiri, mencari seseorang yang mungkin saja bisa ia tanyai.

“Mencari seseorang, Nona?” sebuah suara menganggetkan Suzy. Ia langsung membalikan badannya menghadap pemilik suara. Nafasnya tercekat saat melihat siapa pemilik suara tersebut. Senyum tipis yang menghiasi wajahnya dan lesung pipi yang masih sama seperti tiga tahun yang lalu saat terakhir ia melihatnya, saat hari kelulusan.

“Kalau tidak salah ia sekarang menjadi seorang fotografer yang cukup terkenal disana.”

Dan disinilah Suzy sekarang, disebuah café yang ingin dikunjunginya sebelum ia kembali ke Korea bersama seseorang dimasa lalunya. Suzy tidak berani menangkat wajahnya, bahkan hanya sekedar melirikpun ia tidak berani. Sedangkan pria dihadapannya tampak tertarik dengan objek yang sedang ditatapnya.

“Jadi, apa kabarmu?” tanyanya setelah keheningan menyelimuti mereka cukup lama.

“Aku baik, bagaimana dengamu?” perlahan Suzy mengangkat wajahnya.

“Na do.”

“Apa pekerjaanmu sekarang?”

“A-aku, penulis novel.” Jawab Suzy canggung. “Ku lihat kau sekarang sudah menjadi fotografer handal, bahkan foto-foto hasil bidikanmu sudah mengikuti festival bulanan. Rupanya kau berhasil mengejar impianmu.” Ucap Suzy dengan cepat –terlalu cepat-.

“Impianku? Kau tahu impianku?” Tanya Myungsoo yang membuat Suzy bingung mencari jawaban yang tepat.

“A- itu- semua anak-anak di sekolah juga mengetahui tentang impianmu, aku hanya mendengar saja.” Jawab Suzy membuat Myungsoo terkekeh.

“Kapan kau akan kembali ke Korea?”

“Eum…tiga hari lagi.”

Setelah pertemuan mereka yang tidak disengaja –atau mungkin disengaja oleh salah satu pihak- kemarin, Myungsoo menawarkan diri untuk menemani Suzy berjalan-jalan ketempat yang belum sempat dikunjunginya, serta membeli beberapa cinderamata. Sisa hari Suzy di kota penuh cinta itu dihabiskan bersama Myungsoo. Banyak canda tawa diantara mereka.

Malam hari sebelum Suzy kembali ke Korea, Myungsoo mengajak Suzy untuk makan malam di Jules Verne, sebuah restoran yang terdapat di tingkat kedua menara Eiffel.

Myungsoo menjemput Suzy ke penginapan gadis tersebut. Ia sudah berjanji untuk mengantarkan gadis itu ke bandara. Setelah memarkirkan mobilnya, Myungsoo segera turun menuju lobby penginapan dan menunggu Suzy yang sedang bersiap-siap disalah satu sofa yang disediakan. Myungsoo mengambil ponselnya yang ia taruh di kantung celana saat benda itu bordering tanda ada sebuah panggilan masuk. Ia segera mengangkat panggilan tersebut.

“Yeoboseo.”

“…”

“Aku sedang mengantarkan teman lamaku ke bandara.”

“…”

“Setelah mengantarnya, aku langsung ketempatmu.”

“…”

“Na do.”

Myungsoo memutus sambungan telepon. Teman? Ingin rasanya lebih dari teman, namun sepertinya itu mustahil. Bahunya ditepuk oleh seseorang, ia segera menolehkan kepalanya dan mendapati Suzy yang sedang tesenyum kearahnya.

“Kau sudah siap?” tanyanya.

“Tentu saja.” Jawab Suzy ceria.

Myungsoo membantu membawa koper milik Suzy dan memasukannya kedalam bagasi mobil. Ia membukakan pintu untuk Suzy, setelah Suzy masuk ia berjalan memutari mobil dan duduk di kursi pengemudi. Ia mengambil sebuket bunga yang sudah disiapkannya untuk Suzy.

“Ini untukmu,” ucapnya sembari memberikan buket bunga tersebut, yang sukses membuat Suzy terpesona. Lalu ia membalikan badannya mengambil sebuah kotak kecil berwarna tiffany blue dengan pita putih menghiasi kotak tersebut. “Untukmu, anggap saja sebagai hadiah dariku karna kau datang kesini.” Suzy menatap lekat-lekat kotak ditangan Myungsoo sebelum mengambilnya.

“Bukalah.” Suzy membuka ikatan pita pada kotak itu, dengan perlahan ia membuka kotak tersebut. Betapa terkejutnya ia menemukan cincin emas putih bertahtakan sebuah batu ruby didalam kotak itu.

“Kau menyukainya?” Tanya Myungsoo ragu karna Suzy tidak mengeluarkan suara apapun saat melihat isi kotak tersebut.

“Tentu saja!” jawabnya dengan senyum mengembang yang langsung menular kepada Myungsoo.

“Biar ku pasangkan.” Myungsoo mengambil cincin dari dalam kotak dan meraih tangan kanan Suzy. Lalu ia memakaikan cincin tersebut dijari manis Suzy. Myungsoo mengecup punggung tangan Suzy yang sukses membuat kedua pipi Suzy bersemu merah. Mata mereka saling bertemu, seolah saling berbicara satu sama lain.

“Cha, ayo kita berangkat sebelum kau ketinggalan pesawat.” Myungsoo yang pertama kali memutus pandangan mereka. Ia melajukan mobilnya meninggalkan  penginapan tempat Suzy tinggal selama di Paris.

Selama diperjalanan, mereka saling menceritakan tentang kehidupan mereka setelah lulus dari sekolah menengah. Sesekali mereka tertawa kala mengingat betapa bodohnya mereka saat masih mengenakan seragam. Myungsoo yang selalu membolos saat pelajaran sejarah dan Suzy yang selalu menemukannya dimanapun ia tidur saat sedang membolos.

“Jaga dirimu baik-baik.” Ucap Myungsoo sembari mengusap puncak kepala Suzy dengan tangannya. Mereka kini berada didepan pintu keberangkatan.

“Jaga dirimu juga,” hening sesaat sebelum pengumuman pesawat yang akan ditumpangi Suzy akan lepas landas dalam lima belas menit kedepan.

“Senang bertemu denganmu lagi.” Myungsoo mengulurkan tangannya. Sejenak Suzy terpaku melihat tangan itu sebelum akhirnya menyambut tangan Myungsoo. Myungsoo menarik Suzy kedalam pelukannya tepat saat Suzy menyambut tangannya. Ia memeluk gadis yang hanya setinggi dagunya dengan erat, seakan tidak akan bertemu lagi.

“Aku akan merindukanmu.” Gumamnya.

“Aku juga,” Suzy melepaskan pelukannya. “Kutunggu kau kembali Myung.”

Setelah Suzy kembali ke Korea mereka tetap berkomunikasi. Setiap malam sebelum tidur mereka selalu menyempatkan diri untuk melakukan video call, perbedaan waktu antara Seoul dan Paris yang cukup jauh tidak menghalangi mereka.

Sudah seminggu Myungsoo sulit dihubungi. Pesan-pesan yang dikirim Suzy pun tidak satupun dibacanya. Mungkin Myungsoo sedang sibuk, itu yang selalu ada dipikiran Suzy satu minggu ini. Ia mencoba untuk tidak memikirkan hal-hal aneh yang mungkin saja menimpa Myungsoo.

Suzy’s novel launching

Suzy menjawab pertanyaan-pertanyaan para wartawan maupun pembacanya dengan semangat, senyum terus terlihat diwajahnya hingga sesi tanya jawab selesai. Sekarang saatnya untuk penandatanganan novel barunya. Suzy menanyakan setiap nama pemilik buku dan menuliskan sebaris pesan untuknya.

“Akhirnya selesai juga.” Ucap Suzy lega, lalu meminum air yang diberikan Saena.

“Eum… sebenarnya masih ada satu lagi Suz.” Suzy membelalakan matanya menatap Saena.

“Yang benar saja? Bukankah katamu sudah selesai?”

“Y-ya memang sudah lima puluh buku, tapi ada satu orang yang memaksa ingin bertemu denganmu.”

“Memangnya siapa yang ingin bertemu denganku? Kenapa ia la-,” ucapan Suzy terpotong saat sebuah suara menginterupsinya.

“Aku yang ingi bertemu denganmu Suz.” Ucap orang itu dari belakang Suzy. Ia langsung membalikan badannya dan mendapatkan seorang pria yang telah menghilang selama satu minggu muncul dihadapannya dengan senyum manisnya.

“MYUNG!” Suzy langsung melompat kepelukan Myungsoo yang langsung disambut dengan pria itu.

“Aku merindukanmu.” Ucap Myungsoo. Suzy menganggukan kepalanya dengan semangat.

“Kemana saja kau selama seminggu ini?”

“Aku sedang mengurus kepindahanku kesini Suz.”

“Jadi kau akan menetap di Korea lagi?” Myungsoo mengangguk menjawab pertanyaan Suzy.

“Kenapa kau terlihat senang sekali?”

“Tentu saja aku senang! Itu berarti aku dapat bertemu dengamu kapanpun aku mau. Seminggu kau menghilang membuatku merindukanmu, kau tahu? Aku sudah berpikir yang tidak-tidak tentangmu.” Ucap Suzy dengan satu tarikan nafas.

“Jadi kau merundukaku, eh?” Tanya Myungsoo dengan senyum menggoda yang langsung membuat Suzy salah tingkah.

“Aku juga merindukanmu Suz,” ucap Myungsoo yang membuat Suzy menolehkan kepalanya keara pria dihadapannya. “Sangat merindukanmu.” Myungsoo menatap mata Suzy dalam.

“Suz ada paket untukmu.” Teriak Saena dari ruang santai.

“Dari siapa?” Tanya Suzy sembari berjalan kearah sofa yang diduduki Saena.

“Entahlah, tidak ada nama pengirim.” Jawab Saena santai sembari memakan pop corn-nya.

Suzy membuka kotak berwarna ungu tua dipangkuannya. Sebuah dress selutut berwarna senada dengan kotak yang membungkusnya, Suzy kemudian mengeluarkan dress itu dari dalam kotak. Sesuatu terjatuh dari dalam liapatan dress itu saat ia mengeluarkannya. Suzy langsung mengambil benda tersebut yang ternyata sebuah surat. Ia membuka surat itu dan membacanya. Matanya membaca kata demi kata yang tertulis didalam surat itu, matanya seketika memanas dan mengeluarkan air bening yang entah sejak kapan sudah menganak sungai di kedua pipinya. Tangannya menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan isakan.

“Suz are you okay?” Tanya Saena yang terheran melihat Suzy yang seketika terdiam. Suzy yangsung memeluk sahabatnya dan menangis kencang. Saena yang bingung melihat sahabatnya yang tiba-tiba menangis hanya bisa mengusap punggung sahabatnya untuk menenangkannya.

Saena bersandar dipintu kamar Suzy sembari menatap sahabatnya yang sedang bercermin dari belakang. Mata sahabatnya sudah tidak lagi sembab seperti dua hari yang lalu, namun wajahnya tidak menunjukan bahwa ia baik-baik saja. Tidak ada ekspresi yang keluar dari wajah cantiknya semenjak kedatangan kotak itu. Dan sekarang sahabatnya sedang menyisir rambutnya dan dress tersebut melekat indah ditubuhnya. Oh, terkutuklah yang memberikan kotak itu.

“Kau yakin ingin tetap pergi?” tanyanya. Dilihatnya Suzy yang menaruh sisirnya kemudian menatapnya melalui cermin sebelum menghela nafasnya dan beranjak dari kursinya.

“Ayo kita berangkat.” Ucap Suzy sambil melewati Saena yang menatap miris sahabatnya.

Suara riuh tepuk tangan memenuhi gereja tempat dimana telah dilangsungkan pemberkatan dua manusia. Pasangan pengantin tersebut tersenyum sembari menghadap para tamu undangan. Rona bahagia terpancar dari kedua mempelai. Namun, mata sang mempelai pria tidak hanya sekedar menatap para tamu undangan, ia sedang mencari seseorang yang sebenarnya sangat mudah untuk dicari. Ia membelikan seseorang itu sebuah dress berwarna berbeda dengan dresscode yang seharusnya dikenakan para tamu.

Myungsoo sedang berbincang dengan sahabat lamanya sewaktu sekolah, saat ia merasakan pundaknya ditepuk. Senyum diwajahnya seketika memudar begitu melihat siapa yang menepuk bahunya. Sementara seseorang yang menepuk bahunya memberikan senyum termanis yang ia bisa.

“Selamat Myung, atas pernikahanmu.” Ucapnya sembari mengulurkan tangannya. Myungsoo menatap tangan itu nanar. Di jari manis gadis itu masih tersemat cincin ruby yang ia berikan. Ia menghela nafas sebelum akhirnya membalas uluran tangan gadis itu.

“Terima kasih sudah mau datang Suz.”

TING…TING…TING…

Suara gelas beradu dengan garpu membuat seluruh perhatian para tamu teralihkan kearang sang pembuat suara, terkecuali Suzy dan Myungsoo yang masih saling tatap. Tiba-tiba sebuah tangan melingkari pergelangan tangan Myungsoo.

“Darl, ayo kita duduk.” Ucap wanita itu yang tidak lain adalah sang pengantin wanita. Ia membawa Myungsoo pergi ke tempat duduk yang disediakan khusus untuk kedua mempelai beserta keluarga. Suzy memilih kursi yang membuatnya dapat melihat Myungsoo –mungkin untuk yang terakhir kalinya-.

“Baiklah para hadirin, sebelumnya terima kasih sudah menyempatkan diri untuk datang di hari yang paling membahagiakan untuk kedua mempelai kita. Sekarang waktunya pesan-pesan dari para sahabat kedua mempelai.” Satu persatu sahabat Myungsoo dan –ekhm- istrinya mengucapkan pesan-pesan. Beberapa pesan dari mereka sukses membuat para hadirin yang lain tertawa.

And the last but not least, sahabat dari mempelai pria, Bae Suzy your turn.” Suzy menghela nafas  sebelum akhirnya bangkit dari kursinya.

Firstly I want to say Happy Wedding for our groom and bride.” Suzy mencoba tersenyum tipis –yang mungkin tidak terlihat sama sekali- sembari menatap Myungsoo.

“Choosing a… choosing the person that you want to share your life with is one of the most important decisions any of us make, ever. Because when it’s wrong, it turns your life to grey. And sometimes… sometimes you don’t even notice until you wake up one morning and realize years have gone by.”

Suzy menghela nafasnya.

“Your friendship has brought glorious Technicolor to my life. It’s been there even in the darknest of times. And I am the luckiest person alive for that gift. I hope I didn’t take it for granted.

I think maybe I did.

Because sometimes you don’t see that the best thing that’s ever happened to you is sitting there, right under your nose. But that’s fine, too. It really is.

Because I’ve realized that no matter where you are or what you’re doing, or who you’re with,

I will always…

Honestly…

Truly…

Completely love you…

Like sister loves a brother and a friend loves a friend.

I’ll always stand guard over your dreams, Myung. No matter how weird or twisted they get.”

-THE END-

setelah lama tidak menuangkan ide-ide absurd, terciptalah cerita yang sama abstraknya. mungkin kesannya cerita ini terlalu terburu-buru, tapi believe me kalian bakal bosen kalo baca kepanjangan dan saya juga lagi gak berminat bikin banyak konflik fisik maupun non fisik.

tadinya nggak ada ide sama sekali untuk cerita ini dan endingnya pun gak begitu. tapi karna satu dan lain hal akhirnya berakhir seperti itu.

ps: pesan-pesan Suzy adalah pesannya Rosie dalam film Love, Rosie untuk Alex saat hari pernikahannya Alex.

pss: kepikiran untuk ada squel tapi nggak tau bakal dijadiin apa nggak, dan mungkin sepertinya tidak hehe -mungkin bakal menceritakan masa SMA mereka, who knows-

psss: KOMEN, SARAN DAN KRITIK KALIAN SANGAT DITUNGGU, karna berhubung udah lama gak nulis cerita dan hanya menulis paper, mungkin tata bahasa atau alurnya jadi kacau.

Love, Ryne

 

30 thoughts on “Unspoken Word

  1. Sukses bwt aku nangis….
    Deaaabbbaakkk….

    Sebelumnya…
    Anyyoeng thor…aku readers baru….
    Aku tadi obok obok di google ff myungzy muncullah salah satu nya ini…

  2. Maaf ya author, mungkin aku bakalan lebih nge feel dan paham sama makna ff kamu ini kalo misal aku nonton film Love yg kamu jadiin inspirasi itu. Hoho
    Sejujurnya aku ga ngerti apa maksudnya si Myungsoo bersikap kaya gitu ke Suzy padahal udah jelas dia mau nikah sama orang lain. Kamfret emang nih si Myung -,- (kok jadi kesel?? Haha maaf)
    Walopun diceritain disini Myung sebenernya juga memendam perasaan buat Suzy, tapi aku ga nemu alasan dia buat nikah sama orang lain dan malah memperlakukan Suzy kaya gini sebelum dia nikah.
    Maaf ya author Ryne, baru pertama kali komen d ff kamu kok kayanya aku sok tau banget, huhu maaf ya…aku cuma mau jujur sama pendapatku aja. Tapi penulisan sama ceritanya bagus, suka. Sukses nulis yah author Ryne, sampe ketemu d ff kamu yg lain (semoga T_T)
    *pliss kalian pada kambek donk hiks

  3. ya anpun pas awal baca’a seneng, pas bagian bawah.. langsung nangis.. ya ampun myungsoo oppa itu PHP bngt!! pas suzy di ksh cincin kirain bkal snenh tau” ke sini’a nyesek!! bikin sequel yg bkin suzy sneng wlau itu bkn sama myungsoo thor

  4. Akila,, kamu nyebelin banget (cubit pipi) gemes gemes gemes banget sama kamu..
    Kirain Dikasih gaun mau diajak dinner atau kemana gitu eh malah diundang kepernikahannya.
    Nggak nyangka banget aq kalo endingnya bakalan kayak gituch,, kamu makin berbakat yah sekarang ngaduk-ngaduk perasaannya reader terutama aku..
    Panas dingin tau, baca ff ini, ternyata myungsoo tau juga caranya php atau memang penulisnya lagi seneng nge php *Lol
    Akila…. Sequelnya kita tunggu yah yah yah..he he

    Btw aq penasaran banget apa alasannya myungsoo ngasih harapan ke suzy trus siapa sech istri myungsoo sebenarnya??
    Ditunggu jawabannya yah..
    Akila cantik.. Peluk akila untuk ff nyebelin and 4 jempol buat ff sebagus ini.

  5. Dari awal baca pas bagian suzy nangis yg dpt dress tuh dah yakin uwah myung nikah nih sama org lain. Trus bagian yg ting ting ting uwah jgn2 suzy ngomong kasih pesan buat mempelai pria (kaya di love rosie) dan pas baca bagian awal pesan suzy, uwah ini love rosie bnrn kata2nya juga mirip. Masih inget di filmnya pas bagian rosie bilang love you nya smwanya langsung pada trcengang apa lagi alex. Trus yg di jelasin kata trakhirnya sebgai saudara, smwa mukanya pada lega tapi si cewenya alex (bratheny ya klo g salah. Lupa) itu masih jutek krn asli si cewe nyebelin itu tw klo si rosie dan alex saling cinta. Dan juga alex mukanya masih cengang . Aduh pkonya suka bgt sama tuh film. Tge best lah. Bikin nangis TT
    Jd pengen ntn lagi 😀

  6. Bisakah penulis menangkap makna kalimat ini???

    Terasa seperti kau menancapkan belati di jantungku! (inilah perasaan sakit yg aku rasakan saat membaca ini)…

    Tp penasaran siapa istri myungsoo…

    Selamat anda sukses mengacaukan perasaanku!

  7. Aigoo, aku gak tau harus ngomong apa. Aku kira tuh myung ada rasa sama suzy! Tapi tetnyata… astagaaaa;(
    Untuk sequel aku pengen tau kelanjutan hiudp mereka. Apa nanti uri suzy bsa cinta sama oranv lain atau gimana
    gomawo udah bikin cerita keren ini eon;)

  8. Ceritain sequelnya aja
    ntar sooji juga udh punya suami abis tuh ketemu myungsoo
    myungsoonya nyesel deh
    wwkwkwk bales dendam
    ditunggu project yg lainnya eon

  9. Unspoken word!!!!!
    Aku ngak punya kata2 untk mengmbrkan situasi ini. .
    Heh. . . No comment!!!! >,<

  10. Nyesek, kenapa harus ending kayak gini? Kiraen myungzy bakalan bersatu,
    Myungsoo brengsek banget sih? Kenapa dia seolah ngasi harapan ke suzy kalau ternyata dia malah menikahi wanita lain? Gak rela suzy digituin. 😦

  11. Yaampunnn myung nikah ama y3oja lain. Iyuhhh myung ngasih harapan palsu. Ihhhmenyebalkannn
    myunggie harus ditabok pake panci item. Huhfff

  12. welehhh.. myung malah nikah, kirain myung ngasih suzy cincin pertanda bagus eee ternyata..
    gak ketebak kirain bakalan happy ending, kerennn di tunggu yang lainnya

  13. Sumpah ini nyesekk banget.. Aku paling ga suka klo sad ending tapi kan hidup ga selalu happy ending yaa.. Bagus os nya.. Ditunggu ff selanjutnya semangaaat ;D

  14. dari awalnya dibuat senang kenapa jadi berakhir sad ending begini T,T myungsoo semacem PHP apa gimana?? u,u

  15. Hah.. Kok bisa????
    Astaga ryne.. Aku ingin menciummu detik ini jg, knapa sad end coba??? Huwaaaaaa
    Ikhhhh.. Awal.a manis tp akhir2a sedih
    Pokok.a kudu ada sequel.a dan myungzy kudu bersatu klo ngga ntar aku cium kamu bneran ryn 😁😁😁

  16. myungsoo PHP nih.. aku kira cincinnya itu buat nembak atau ngelamar suzy & balik ke korea lg itu buat ketemu suzy ternyata.. malah nikah sma cewek lain.. kalo gitu gak usah bersikap manis sma suzy..
    feelnya dpt smpe ikut2an emosi.. sequel dong thor

  17. apa maksud myung memberikan harapan sm suzy…klo seandainya menyakitkan bukankah seharusnya ga memberikan harapan…suzy yg malang…myung jahat…apa dy baca novel yg ditulis suzy??

  18. Aku kira Myungsoo suka Suzy dan memberikan cincin itu sebagai pengikat untuk Suzy, tp ternyata dia malah menikah sama perempuan lain, sedih 😦
    Lebih baik mereka ga usah bertemu sama sekali kalo akhirnya seperti ini, Suzy harus merasakan sakit hati setelah diberi harapan palsu sama Myungsoo, kasihan 😦
    Ceritanya sangat bagus, feelnya dapet banget, ngena sampe ikut kesel…
    Kalo beneran ada sequelnya, ditunggu banget author, gomawo 🙂

  19. sedih aku bacanyaa… jahat banget myuung… udah nerbangin suzy sampe tinggi tiba2 dijatohin gitu aja… sakiitt :v

  20. Nyesek, sakit… g nyangka akhirnya akan seperti itu.. damn you myungsoo it’s like Baek A yeon song “Shouldn’t have”.. klo akhirnya nyakitin seharusnya dirimu tdk memberikn harapan2 palsu buat suzy.. Cincin??Gosh WTF myungsoo I hate you.. hahaha mian yaa esmosi jiwa mumpung abis buka jd gpp kan g batal puasanya.. Feelnya dapet bgt,,
    Squel Please..

Review and Suggestion